Kita tahu bahwa negara kita adalah Negara Berkembang yang sedang dalam proses menuju Negara Maju. Tentu dalam perjalanan ada kerikil, batu, atau lubang yang dalam, begitu juga proses menjadi Negara Maju. Ada Faktor-faktor yang harus diperhatikan, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan adalah faktor harus diperhatikan karena, dengan pendidikan yang baik negara akan maju. Kita lihat negara tetangga yaitu Jepang, mereka maju karena pendidikan di sana lebih baik. Siswa diajarkan supaya menjadi orang disiplin. Dengan disiplin kelak akan menjadi warga yang bisa mematuhi aturan.
Jika kita berbicara tentang Pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih banyak yang belum terselesaikan. Masih banyak yang harus diperbaiki dan itu mengingatkan kita tentang kasus pelecehan atau kekerasan pada siswa. Kasus tersebut sangat kontroversi di Indonesia, memang ada oknum guru yang nakal namun ada juga siswa yang tidak tahu diri. Masih ingat dengan kasus ini ?
Kalau boleh berpihak, saya akan berpihak pada guru tersebut. Karena guru yang baik adalah guru yang peduli terhadap muridnya, beliau mencubit muridnya pasti ada alasannya. Dan murid yang menuntut guru tersebut adalah murid yang manja. Dari masalah di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belum terjadi hubungan yang baik antara guru (sekolah), orang tua, dan murid serta hak dan kewajiban yang belum terpenuhi. Jika hak dan kewajiban sudah terpenuhi pasti tidak akan ada masalah seperti itu. Bagaimana mau maju kalau hanya karena masalah kecil yang harus diselesaikan di pengadilan. Jika kita putar waktu ke tahun 80an atau zaman orang tua kita. Dahulu mereka 100% diserahkan kepada guru, artinya guru bebas mendidik, jika murid melanggar peraturan akan di hukum, hukuman waktu itu bukanlah di cubit, bahkan lebih keras, dan orang tua pun tidak mengkhawatirkan hal tersebut. Mungkin pada zaman dahulu tidak ada peraturan yang melarang guru memukul murid, namun sekarang guru memukul murid pasti sudah berurusan dengan hukum. Hal ini menyebabkan anak-anak menjadi manja dan tidak disiplin. Agar tidak terjadi hal seperti ini lagi sebaiknya pemerintah, sekolah dan wali murid harus berdiskusi untuk membuat peraturan yang nantinya akan berdampak baik.
Selain masalah di atas sering bergantinya kurikulum juga menjadi masalah yang harus diperhatikan. Bukan tidak menghargai dan menghormati keputusan pemerintah. Memang baik berganti kurikulum dan memperbaiki kurikulum yang terdahulu, namun ini menyebabkan murid tidak konsentrasi dalam belajar. Karena mereka bagaikan kelinci percobaan yang harus mencoba kurikulum baru. Contoh nyatanya ada di kota dan sekolah saya sendiri, pada akhir semester kelas sebelas dengan adanya kurikulum baru yang menyatakan bahwa sekolah hanya lima hari kerja atau hanya sampai hari jumat kami bersekolah. Di saat kami sudah mulai beradaptasi dengan keadaan tersebut, pada awal semester kelas duabelas tiba-tiba kami harus kembali bersekolah sampai hari sabtu. Bayangkan saja bagaimana rasanya, tentunya kami harus beradaptasi lagi, dan saya dengar dari guru saya bahwa kurikulum kali ini memprihatinkan untuk jurusan kami khususnya untuk kelas sepuluh, karena ada tiga pelajaran jurusan yang digabung menjadi satu mata pelajaran. Jika satu pelajaran saja tidak cukup untuk satu tahun menyelesaikannya, sekarang tiga pelajaran digabung. Ibarat kata memakan jeruk baru mengupas kulitnya saja pasti akan pahit.
Semoga nantinya akan ada kebijakan-kebijakan untuk pendidikan di Indonesia tanpa terkecuali daerah terpencil, Sehingga generasi yang akan datang tidak akan memakan kulit jeruk namun bisa merasakan manis nya buah jeruk. Majulah Pendidikan Indonesia, Majulah Negeriku.
Read More ->>
Jika kita berbicara tentang Pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih banyak yang belum terselesaikan. Masih banyak yang harus diperbaiki dan itu mengingatkan kita tentang kasus pelecehan atau kekerasan pada siswa. Kasus tersebut sangat kontroversi di Indonesia, memang ada oknum guru yang nakal namun ada juga siswa yang tidak tahu diri. Masih ingat dengan kasus ini ?
(Sumber : https://www.BabatPost.com) |
Selain masalah di atas sering bergantinya kurikulum juga menjadi masalah yang harus diperhatikan. Bukan tidak menghargai dan menghormati keputusan pemerintah. Memang baik berganti kurikulum dan memperbaiki kurikulum yang terdahulu, namun ini menyebabkan murid tidak konsentrasi dalam belajar. Karena mereka bagaikan kelinci percobaan yang harus mencoba kurikulum baru. Contoh nyatanya ada di kota dan sekolah saya sendiri, pada akhir semester kelas sebelas dengan adanya kurikulum baru yang menyatakan bahwa sekolah hanya lima hari kerja atau hanya sampai hari jumat kami bersekolah. Di saat kami sudah mulai beradaptasi dengan keadaan tersebut, pada awal semester kelas duabelas tiba-tiba kami harus kembali bersekolah sampai hari sabtu. Bayangkan saja bagaimana rasanya, tentunya kami harus beradaptasi lagi, dan saya dengar dari guru saya bahwa kurikulum kali ini memprihatinkan untuk jurusan kami khususnya untuk kelas sepuluh, karena ada tiga pelajaran jurusan yang digabung menjadi satu mata pelajaran. Jika satu pelajaran saja tidak cukup untuk satu tahun menyelesaikannya, sekarang tiga pelajaran digabung. Ibarat kata memakan jeruk baru mengupas kulitnya saja pasti akan pahit.
Semoga nantinya akan ada kebijakan-kebijakan untuk pendidikan di Indonesia tanpa terkecuali daerah terpencil, Sehingga generasi yang akan datang tidak akan memakan kulit jeruk namun bisa merasakan manis nya buah jeruk. Majulah Pendidikan Indonesia, Majulah Negeriku.